OLAHRAGA DI MASYARAKAT

OLAHRAGA DI MASYARAKAT

 Sejarah Perkembangan Olahraga di Masyarakat


Sebelum membicarakan olahraga di Indonesia maka terlebih dahulu dibicarakan apa arti olah raga itu ? Olah raga, menilik asal katanya dari olah dan rogo berasal darikata bahasa jawa olah yang berarti berlatih, melakukan kegiatan dengan tekun dan rogo yang berarti badan atau jasmani sehingga olah raga waktu itu mempunyai pengertian “gerak badan” atau sport ( harsuki 1982 ). Pada zaman mataram 1600 sampai dengan 1775 di setiap kabupaten terdapat sebuah lapangan yang dinamakan aloon-aloon tempat para prajurit mengolah raganya baik berupa pencak silat,panahan atau berkuda latihan gladi keprajuritan dinamakan “seton”.Dalam sejarahnya olah raga di Indonesia melaju sejalan dengan perkembangan masyarakat. Semula masyarakat Indonesia hidup dalam kelompok-kelompok sosial yang bersifat kesukuan ataupun kedaerahan maka olah raga yang berkembang bersifat lokal dan terbatas penyelenggaraannya pada lingkungan sosial tertentu, sehingga olah raga tradisional pada suku tertentu  hanya digunakan sebagai hiburan atau selingan pengisi waktu saja. Contoh olah raga tradisional di Indonesia : pasola, debus, ujungan, dan loncat batu nias

  Berlakunya undang-undang agraria tahun 1870 membawa pengaruh besar terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak semula belanda tidak menaruh perhatian terhadap pendidikan rakyat Indonesi. Pemerintah Belanda juga tidak menaruh perhatian pada penjas dan sport sehingga warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia kurang dikenal. Perhatian terhadap penjas baru ada kira-kira akhir abad ke 19 yaitu ketika sekolah-sekolah bagi anak-anak eropa makin berkembang dan berbagai latihan jasmani diberikan antara lain: senam, atletik, kasti, bola bakar, sepak bola dan bola tangan. Perhatian masyarakat Indonesia sedikit sekali terhadap senam sehingga perkembangannya tidak mencapai tingkatan yang tinggi kegiatan senam di masyarakat pada waktu itu biasanya merupakan demonstrasi yang dilakukan oleh pelajar-pelajar sekolah menengah seperti HIK ( Hollandssh Indische Kweekscholl atau sekolah guru ), MULO ( Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau SMP ), AMS ( Algemeenee Middelbare School atau SMA ) dan HBS ( Hoogere Burgerschool atau Sekolah Menengah Lima Tahun ). Sedangkan atletik banyak menarik perhatian pelajar-pelajar sekolah lanjutan karena sering dipertandingkan dalam acara sekolah yang dipertandingkan biasanya : jalan, lari, lempar dan lompat. Sedangkan permainan yang diajarkan di tingkat SD adalah kasti dan bola bakar juga ada rounders dan kiepers. Permainan yang berkembang di masyarakat pada saat itu adalah sepak bola dan bulu tangkis. Permainan yang berkembang pada masyarakat kelas tinggi adalah tenis untuk kalangan bangsawan dan pelajar sedangkan tenis meja berkembang pada masyarakat china untuk permainan asli nenek moyang Indonesia mulai berkurang kecuali pencak silat yang berkembang di pesantren-pesantren dan padepokan pencak silat.

Setelah sumpah pemuda 28 Oktober 1928 ruang pendidikan di Indonesia makin terbuka salah satunya adalah kepanduan sebagai alat untuk memepersatukan dan menggalang kekuatan di kalangan pemuda. Demikian pula peranan olah raga dari berbagai cabang mulai dibina dan organisir seperti PSSI tahun 1930, PELTI tahun 1936, Bola Keranjang tahun 1940 dan Basket, Bulu tangkis pada tahun 1930 tapi tidak sempat memiliki organisasi. Pecahnya PD II dan Belanda menyerah pada Jepang terhenti pula kegiatan olah raga di Indonesia barulah setelah dua bulan Jepang membentuk sebuah badan yang mejalankan koordinasi dari semua kegiatan olah raga yaitu : TAI IKU KAI yang mengaktifkan kegiatan PSSI untuk mengadakan pertandingan – pertandingan bertepatan dengan hari-hari besar yang dirayakan Jepang. Pada tahun 1942 kegiatan olah raga mulai dijalankan secara serentak di Jakarta, Semarang, Surabaya, Bogor, Yogyakarta, Malang dan Blitar sementara Penjas disekolah-sekolah diajarkan TAISO ( Senam pagi ala Jepang ).

Pada zaman sesudah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945, dibentuklah susunan kabinet pertama dimana kegiatan olahraga dan pendidikan jasmani berada dibawah menteri pengajaran. Pada waktu itu pendidikan jasmani dipergunakan dilingkungan sekolah, sedangkan olahraga digunakan untuk kegiatan olahraga di masyrakat yang berupa cabang-cabang olahraga. Dengan dibentuknya kementarian pengajaran, maka pemimpin-pemimpin bangsa pada waktu itu telah menunjukkan kepeduliannya akan masalah pendidikan, yang didalamnya tercakup pula pendidikan jasmani, namun karena baru dalam taraf penataan, maka kegiatan pendidikan jasmani yang diatur oleh kementarian pengajaran belum banyak begitu dirasakan. Istilah “gerak badan” masih banyak dipergunakan disekolah dasar maupun di sekolah menengah. Ada permulaan tahun 1946 para pemimpin olahraga yang sebagian besar terdiri dari pemimpin ex GELORA (Gerakan Latihan Olahraga Rakyat, yang didirikan pada zaman Jepang yang merupakan organisasi olahraga yang didalamnya terdapat cabang-cabang seperti sepak bola, bulu tangkis, tenis, dll), ex PUTERA dan juga ex pengurus ikatan sport Indonesia disingkat I.S.I (didirikan tahun 1938) megadakan pertemuan di Surakarta tepatnya di gedung Habipraya didpimpin oleh Dr. Abdurrachman Saleh yang mana pada pertemuan tersebut terdapat keputusan – keputusan penting sebagai berikut:

 

1.    Pertemuan itu dinamakan Kongres Olahraga I (pertama) tahun 1946

2.    Nama Persatuan Olahraga Indonesia (PORI) untuk hubungan luar negeri dibentuklah Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) kegiatan PORI lebih diarahkan untuk mengiatkan cabang – cabang olahraga yang telah menjadi anggotanya.

 

Seperti dijelaskan diatas peran olahraga semakin penting pada zaman pergerakan nasional pada 1908, yang mencapai puncaknya saat para pemuda Indonesia mendeklarasikan Sumpah Pemuda 1928. Mereka menjadikan olahraga sebagai tekad perjuangan bangsa untuk merdeka. Ini terlihat pada penggalan lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan pertama kali saat deklarasi itu: “… bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya …”

Setelah Indonesia merdeka, olahraga turut berperan mewujudkan cita-cita bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pada awalkemerdekaan,saat masa revolusi, bangsa Indonesia menggelar Pekan Olahraga Nasional untuk pertama kalinya di Surakarta, 9 September 1948. Ini membuktikan kepada dunia luar bahwa Indonesia bisa mengadakan kegiatan seperti apa yang dilakukan olah negara-negara merdeka di dunia ini.

 

Berikut ini Penjelasan mengenai  Penyelenggaraan PON I

Pengurus besar PORI mengusulkan kepada Pemerintah Pusat yang waktu itu berada di Yogyakarta bahwa PORI akan menyelenggarakan Pekan Olahraga di Surakarta yang selanjutnya PB. PORI memebentuk panitia PON,

 

Informasi singkat tentang pelaksanaan PON I (Surakarta)

Ketua Umum PON I GPH Soerjo Hamid Djojo

1.       Diadakan tanggal 9 – 12 September 1948 di Surakarta

2.       Acara pembukaan PON pertama di stadion Sriwedari.

3.       Peserta PON adalah kontingan presidenan yang terdiri dari 13 kontingen yaitu :

a.                  Yogyakarta

b.                  Solo

c.                  Surabaya

d.                  Malang

e.                  Kediri

f.  Madiun

g.                  Semarang

h.                  Pati

i.  Kedu

j.  Magelang

k.                  Banyumas

l.  Bandung

m.                Jakarta

4.       Cabang olahraga yang dipertandingan 9 cabang olahraga sbb:

a.                  Atletik

b.                  Bola keranjang (korfbal)

c.                  Bulutangkis

d.                  Tenis

e.                  Renang

f.  Panahan

g.                  Sepak bola

h.                  Bola basket

i.  Pencak

5.       Bendera PON berwarna putih dengan gambar lima lingkaran (ring) olimpiade dan obor ditengahnya diserahkan kepada regu pembewa obor di Yoyakarta oleh Presiden dan dibawa dengan berjalan kaki secara beranting dari Yogya ke Solo

6.       PON akan dibuka tanggal 9 September 1948 oleh Presiden RI

7.       PON diselenggrakan dengan tujuan untuk menggalang Persatuan dan Kesatuan para pemuda dan pemudi dalam wilayah Negara RI

8.       Penyelenggaraan PON juga dimaksudkan untuk melatih para atlet untuk tujuan yang lebih tinggi lagi yaitu untuk dapat mempersiapkan diri kepertandingan Internasional seperti Asian Games dan Olmpic Games

 

 

Keikutsertaan Indonesia di ajang Olahraga Internasional


Setelah berhasil menyelenggarakan PON I, PORI berubah menjadi  Persatuan Olahraga Indonesia yang singkatannya tetap PORI, sedangkan KORI menjadi KOI (Komite Olahraga Indonesia), bertepatan dengan penyelenggaraan PON II yang dilaksanakan di Jakarta. PORI dan KOI menyelenggarakan kongresnya di Jakarta. Kongres tersebut memutuskan untuk melebur KORI menjadi KOI atas usul PSSI dan PASI, dengan pertimbangan untuk efisiensi kerja. Setelah itu KOI merupakan satu-satunya organisasi yang membina keolahragaan nasional dan juga bertugas mengurusi hubungan dengan organisasi keolahragaan di luar negeri seperti Asian Games dan Olimpic Games. KOI bergabung dengan IOC pada tahun 1952 dengan Sri Sultan Hamengkubowono Ix  disahkan menjadi anggota IOC dari Indonesia, yang kemudian dilanjutkan dengan keikutsertaan Indonesia di Olimpiade yang diselenggarakan di Helsinki pada tahun 1952. Itu merupakan pertama kalinya Indonesia ikut serta diajang Olimpiade yang ternyata tidak saja “mendemamkan” olahraga khususnya olimpiade di tanah air, tetapi juga masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri. Betapa tidak karena nama Indonesia berada di antara 72 negara peserta Olimpiade dan tidak kurang 5200 olahragawan terpilih di seluruh dunia ikut berpartisipasi, meskipun Indonesia baru pertama kali mengikuti Olimpiade dan hanya mengirimkan 3 atlet saja namun pengalaman tersebut sangat berharga. Terutama bagi atlet dan merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia.

 

GANEFO I Jakarta

Persiapan penyelenggaraan Ganefo I Jakarta 10 – 22 November 1963 menetapkan ada 5 usaha pokok yaitu :

1.    Memobilisasi Negara-negara peserta

48 negara hadir dan diikuti oleh 3000 atlet

2.    Pengerahan potensi nasional

Pengerahan partai politik, pemuda, mahasiswa baik dipusat maupun didaerah untuk menyukseskan ganefo

3.    Pengoorganisasian perayaan Ganefo

4.    Penyiapan tim nasional Indonesia

5.    Persiapan pembiayaan

 

Penyelenggaraan Ganefo

Akhirnya Ganefo I berhasil diselenggrakan di Jakarta pada tanggal 10 – 22 November  1963 dengan mempertandingkan 20 cabang olahraga dan Indonesia berhasil menempati rangking III sesudah RRC I dan USSR ke II

Setelah prestasi yang didapat di Ganefo presiden RI turun langsung memberikan perintah kepada aparaturnya yaitu menteri olahraga agar prestasi olahraga dapat mencapai taraf internasional.

Rencana 10 tahun olahraga dan Departemen Olahraga meliputi 5 program dasar

Program Dasar I : mempertinggi potensi fisik nasional (gerakan masal olahraga)

Program Dasar II : memperluas dan mengintensifkan gerakan olahraga dilingkungan pemuda /pelajar

Program Dasar III : membina olahragawan yang potensial dan berbakat tinggi

Program Dasar IV : menyediakan kelangkapan material dan spiritual untuk penyelenggaraan program-program olahraga

Program Dasar V : konsultasi hasil Ganefo I dan pengeloraan Gerakan Ganefo

 

Bagaimana hubungan olahraga dengan masyarakat? Sebenarnya perkembangan olahraga di pemerintahan telah mencakup tentang Olahraga masyarakat, pada masa presiden Bung Karno beliau mengeluarkan pernyataan “nation and character building”, yang kemudian menjadi awal terbentuknya pembinaan olahraga Indonesia setelah Asian Games 1962. Saat itu Presiden memerintahkan,“Pak Siregar (Mangombar Ferdinand Siregar), untuk mencoba menyusun program kerja peningkatan olahraga selama 10 tahun. Kemudian ”Pak siregar menyusun program yang diinginkan Bung Karno. Dalam program itu, ada delapan cabang olahraga yang menjadi andalan, yaitu atletik, re- nang, bulu tangkis, tenis meja, sepak bola, bola voli, senam, dan bola basket. Saat itu, Bung Kar- no bilang, pembinaan harus dimulai dari sekolah usia dini (seperti yang dikutip dari Koran Tempo 5 september 2010).

Program dasar yang yang dibuat yaitu membagi program itu menjadi program dasar satu sampai lima, disertai target yang akan dicapai hingga 1967. Program dasarnya antara lain olahraga dapat diikuti sejak usia 4 tahun, seperti senam dan gerak jalan, diusahakan adanya program yang mengikutsertakan masyarakat secara teratur, dan adanya ujian setahun sekali bagi tiap-tiap kelompok umur seperti 11-13 tahun, 13-15 tahun, 15-17 tahun, dan 17 tahun ke atas.Yang lulus diberi lencana. Sekolah dasar, terutama sekolah lanjutan, menjadi sumber yang memiliki potensi yang diperlukan untuk meningkatkan prestasi, sehingga perlu adanya Pekan Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia.

Pada masa Orde Baru di bawah Pak Harto, menindaklanjuti program di zaman Bung Karno. Ada lima program yang dimasukkan ke program olahraga, yaitu pembinaan olahraga dimulai dari usia dini, sekolah, program intensif, gelanggang-gelanggang olahraga, dan di tingkat nasional ditandai dengan tim yang kuat. Pada jaman pemerintahan Pak Harto, Pada tahun 1982 Presiden Republik Indonesia telah mencanagkan Panji Olahraga yang lebih dikenal dengan “Memasyarakatkan OLahraga dan Mengolahragakan Masyarakat”. Memasyarakatkan olahraga diletakkan dalam permulaan kalimat, hal ini memberikan arti bahwa olahraga beserta nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya harus mendapat perhatian, di pahami dan di hayati terlebih dahulu oleh semua pembina olahraga sehingga dalam menyebar luaskan nilai-nilai olahraga melalui program kegiatan yang telah dirancang dengan baik dapat berpengaruh terhadap perilaku para peserta kegiatan, terutama pada anak-anak. Selain terkenal dengan dengan panji “Memasyarakatkan OLahraga dan Mengolahragakan Masyarakat”, Pak. Harto terkenal sebagi motivator ulung untuk selalu mengobarkan semangat para atlet-atlet Indonesia.

Melalui panji yang pertama “Memasyarakatkan OLahraga”, setelah para pembina olahraga memahami, menghayati dan siap mengabdi melakukan program kegiatan keolahragaan yang telah dirancang dengan baik, maka mulailah program ”Mengolahragakan Masyarakat” di sebar luaskan, dilaksanakan, di monitor, di evaluasi, dipertahankan dan dikembangkan untuk selamanya.

Program ”Mengolahragakan Masyarakat” adalah suatu program olahraga yang diharapkan dapat dilakukan oleh sebanyak mungkin warga negara dalam usaha menyebar luaskan olahraga beserta nilai-nilai luhurnya, membuat orang menjadi sehat jasmani dan rokhani. Seperti sudah di jelaskan dibagian atas bahwa pernyataan tersebut sesuai dengan kalimat yang ada dalam Lagu Kebangsaan kita Indonesia Raya yaitu ”Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”.

Pada masa Orde baru dengan dengan panji “Memasyarakatkan OLahraga dan Mengolahragakan Masyarakat” dapat berjalan dengan baik karena  presiden selalu mengintruksikan agar kementrian membantu kemajuan olahraga terbukti pada masa itu Indonesia paling sering menjadi juara umum pada  SEA-Games.

Sebenarnya bagaimana padamasa sekarang? SBY (Susilo Bambang Yudoyono) beberapa kali telah mengeluarkan pernyataan politik mengenai kebijakan olahraga, tapi tidak ditindaklanjuti oleh menteri-menterinya. Pak SBY pertama kali mengatakan,“Sport community, sport center, sport fun,” selanjutnya ia mengeluarkan pernyataan “dunia olahraga sangat penting bagi seluruh bangsa Indonesia, ”kemudian disusul pernyataan bahwa panji olahraga “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat” masih relevan. SBY juga pernah mengatakan, untuk peningkatan dan pengembangan olahraga di Tanah Air, semua pihak harus berusaha dan mau bekerja keras bersama, bertanggung jawab untuk olahraga kita. Terakhir, pernyataan beliau adalah olahraga dan seni itu sangat penting. Tapi, para menterinya tidak mengikuti pernyataan Presiden itu? Jadi sekedar omongan. Untuk itu, perlu ada gebrakan yang nyata.

 

 

Analisis Pembahasan

 

Program panji “Memasyarakatkan OLahraga dan Mengolahragakan Masyarakat”, memang masih relevan untuk memajukan olahraga di Indonesia. Bagaimana kita melakukan gebrakan seperti dijelaskan pada pembahasan diatas supaya olahraga Indonesia bisa berjaya lagi.

Pemikiran dan rencana yang ada sudah bagus. Tinggal ada atau tidaknya SDM yang ada mau mengutamakan perkembangan olahraga dari kepentingan diri sendiri. Ini yang saya risaukan karena terintervensi virus di lingkungan, sehingga olahraga harus menggebraknya. Makanya perlu ada dewan olahraga nasional seperti di Australia atau Negara maju lainya, yang terdiri atas beberapa kementerian yang dipimpin langsung presiden. Untuk itu, perlu duduk bersama untuk menyusun sistem terbaru guna mengoptimalkan peranan olahraga dalam pembinaan bangsa. Selama ini dukungan pemerintah pada pembinaan tidak terlihat jelas karena tidak ada sistemnya. Apalagi olahraga selama ini tidak dipegang oleh orang-orang yang bukan professional dalam bidang olahraga. 

KONI/KOI dan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga sekarang kerja samanya sudah bagus, terutama pada pelaksanaan Program Indonesia Emas. Permasalahannya, bibit atlet itu lahannya dari sekolah dan KONI tidak bisa berbuat apa-apa karena ranah sekolah itu urusan Mendiknas. Untuk itu, perlu ada kerja sama dengan Kementerian Pendidikan Nasional.

Data terakhir hasil penelitian UNICEF British Council and UK Sports yang mengumpulkan data semua keterampilan seluruh kekuatan dan kualitas pada bidang pendidikan jasmani (Physical Education), Olahraga (Sports), and permainan (Play)  berdasarkan keadaan yang dihadapi oleh anak-anak di Indonesia yang berhubungan dengan kebugaran fisik, kesehatan dan kualitas pendidikan jasmani yang di kutip dari (http://www.reliefweb.int/rw/res.nsf/db900sid/OCHA-8AE9SJ?OpenDocument&rc=3&cc=idn) yang menyatakan:

·      47% of students in Indonesia have a very low quality of physical fitness, and only 17% of them have good physical fitness. The biggest challenge lies between 7-14 years old (Pusjas, MoNE, 2004)

·      9.5% of boy and 6.4% of girls age 7 to 14 are overweight (Riskesdas, 2007).

·      Children watch television 3-5 hours per day during school days, and 4-6 hours during the weekends (UNDIP, 2008)

·      88,442 primary schools in Indonesia do not have PE teachers, and the classroom teachers do not have appropriate foundation to teach quality PE to the children (MoNE, 2007);

·      Physical education is still associated with sports for competition.

·      Facilities and equipments for sports are still limited.

 

Berdasarkan data diatas kita harus betu-betul kerja keras bersama dan bagaimana kita melakukan gebrakan, menurut kami seperti halnya di negara-negara maju mengutamakan jalur sekolah itu menurut kami lebih baik. Sebab, pendidikan jasmani selama ini belum diurus dengan baik, padahal sekolah itu sumber pertama yang menjadi modalnya. Dengan pembinaan  dimulai sejak usia dini, kemudian melalui sekolah tersebut, dilanjutkan ke klub. Sebagai negara yang berpenduduk besar, sekitar 247 juta jiwa, paling sedikit ada 40 juta anak sekolah. Seperti yang kita ketahui dari data di  atas mengenai guru olahraga bukan dari pendidikan olahraga. Sebagai catatan karena pendidikan usia dini memalui sekolah sebagai modal utama, maka kita harus menyiapkan sumberdaya guru penjas dan pelatih yang profesional yang siap mengajar bukan siap magang. Olehkarena itu, perguruan tinggi yang ada di seluruh wilayah Indonesia khususnya yang terdapat fakultas keolahragaan juga harus siap bekerja sama. Akan tetapi seperti yang kita ketahui, kurikulum pendidikan  diperguruan tinggi olahraga juga harus jelas antara penjas, kepelatihan dan ilmu keolahragaan. Seperti yang kita ketahui tidak ada kejelasan arah untuk pendidikan kepelatihan olahraga dan ilmu keolahragaan. Pendidikan kepelatihan seperti yang kita ketahui setelah lulus belum memegang sertifikat kepelatihan tingkat nasional yang malah harus mengambil penataran tingkat nasional kembali untuk bisa exist di dunia kepelatihan. Hal ini sangat memprihatinkan, pendidikan yang empat tahun kalah dengan orang-orang yang hanya penataran satu minggu.   Sedangkan pendidikan kepelatihan yang seharusnya terjun di dunia kepelatihan juga malah terjun didunia pendidikan karena mempunyai akta mengajar, sehingga seperti yang saya ketahui dilapangan berseteru karena merasa lahanya diambil. Sedang untuk ilmu keolahragaan setelah lulus mereka mengalami kebingungan arah kemana harus bekerja. Selain itu pendikan guru olahraga yang kurang jelas harus dibenahi yang dilaksanakan di ruko-ruko yang kuliah hanya dua kali dalam seminggu dan notabenya hanya mengejar gelar. Memang kita tidak hanya bisa diam dan mengkritik, bagaimanapun kita harus bersama-sama memperbaiki hal tersebut bersama. Kementerian itu harus lebur seperti zaman Bung Karno dan Pak. Harto. Jangan seperti sekarang, mau begini atau begitu tidak pas dengan sistem dan proses olahraga. Pengurus olahraga tidak boleh hanya mengutamakan diri sendiri karena akan mempengaruhi keteladanan murid dan para atlet kita.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Koran Tempo 5 september 2010

http://www.reliefweb.int/rw/res.nsf/db900sid/OCHA-8AE9SJ?OpenDocument&rc=3&cc=idn

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *