Self-Assessment dan Peer-Assessment dalam Pendidikan Jasmani

 

Apakah kita terbiasa dengan menilai diri sendiri? Jawabannya mungkin “Iya..” dan apakah masih banyak menilai diri sendiri hanya yang baik saja.
Apakah kita terbiasa menerima penilaian orang lain? Jawabannya juga kemungkinan “Iya”, Jika penilaiannya baik. Coba apa perasaan kita jika penilaian dari orang itu tidak baik mungkin akan merasa tidak nyaman dan kadang kita akan menyangkalnya.

Sebelum kita membahas apa itu tentang  self-Assessment dan Peer-Assessment marilah kita refleksikan, apakan dulu waktu kita menjadi siswa sering diterapkan Self-Assessment dan Peer-Assessment oleh guru kita? kemungkinan jawabannya tidak, Mengapa self-Assessment dan Peer-Assessment peru diterapkan dalam pendidikan jasmani? sedikit akan kami bahas apa itu self-Assessment dan Peer-Assessment.

Apa Self assessment  menurut Boud (1991)[1] adalah keterlibatan pelajar dalam mengidentifikasi kriteria atau standar untuk diterapkan dalam belajar dan membuat keputusan mengenai pencapaian kriteria dan standar tesebut. Dengan kata lain Self  assessment adalah sebuah proses dimana pelajar memiliki tanggung jawab untuk menilai hasil belajarnya sendiri. Sedangkan peer assessment adalah sebuah proses di mana seorang pelajar menilai hasil belajar teman atau pelajar lainnya yang berada se-level. Maksud dari se-level adalah jika dua orang atau lebih berada dalam level kelas yang sama atau subjek pelajaran yang sama. Self dan peer assessment dapat digunakan untuk menilai kemampuan klinik yang meliputi dimensi kognitif (clinical management) dan dimensi humanistic ( psychological). [2] Self assessment dapat digunakan untuk membantu pelajar dalam mengembangkan kemampuan menilai dan mengkritisi proses dan hasil belajarnya (penilaian formatif), membantu pelajar menentukan kriteria untuk menilai hasil belajarnya, dan sebagai syarat yang diperlukan dalam sebuah proses pembelajaran untuk memutuskan kelulusan (sumatif assessment). Peer assessment dapat digunakan untuk membantu pelajar dalam mengembangkan kemampuan bekerjasama, mengkritisi proses dan hasil belajar orang lain (penilaian formatif), menerima feedback atau kritik dari orang lain, memberikan pengertian yang mendalam kepada para siswa tentang kriteria yang digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar dan untuk penilaian sumatif. Brown, Rust and Gibbs (1994), Zariski (1996), Race (1998)[3] menjelaskan keuntungan dari  self dan peer assessment yaitu, mendorong pelajar untuk  memiliki rasa tanggung jawab terhadap proses belajarnya sehingga pelajar dapat mandiri, melatih keterampilan mengevaluasi (evaluation skill) yang berguna untuk life long learning dan mendorong deep learning. Proses peer assessment  yaitu dimulai dengan mendiskusikan item dan kriteria penilaian oleh guru dan para siswa. Kemudian masing-masing siswa menilai teman mereka yang telah ditunjuk dan juga memberikan feedback. Hasil penilaian ini biasanya dicocokkan dengan hasil penilaian guru. Sedangkan proses self assessment yaitu dimulai dengan menetapkan  item dan kriteria yang akan dinilai.

Pupils can use the rubrics and checklists to assess their own perceptions of their work in active learning situations. As teachers compare pupils’ perceptions with teacher perceptions, differences between teachers’ and pupils’ views of performance can be discussed and clarified. Pupils who are working in groups might assess each other’s performance in the groups. However, prior to peer assessment, care must be given to pupils’ understanding of constructive and helpful feedback. [4] In some instances it is possible to have pupils rate their peers (fellow pupil) on the same rating device used by the teacher[5]. Peer assessment (PA) has been defined as “an arrangement in which individuals consider the amount, level, value, worth, quality, or success of the products or outcomes of learning of peers of similar status”[6]

Seperti dijelaskan kemudian beberapa kajian teori diatas perubahan paradigma student centered menjadikan strategi penilaian self assessment dan peer assessment merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk membuat lingkungan belajar yang aktif. Dimana siswa menilai diri sendiri, kemudian guru memberikan umpan balik (feedback) terhadap penilaian siswa tersebut. Penerapan self assesment  & peer assesment sebagai penilaian formatif yang mendefinisikan penilaian formatif adalah sebuah metode untuk menilai sebuah program yang masih berjalan dan fokus kepada proses. Penggunaan peer assessment untuk formatif bertujuan untuk memberikan umpan balik (feedback) yang berasal dari pasangan (peer). Banyak bukti penelitian menunjukkan bahwa peer assessment mendukung pelajar untuk memberikan feedback kepada pelajar lain dan juga belajar menerima feedback dari pelajar lain. Penerapan self dan peer assessment  diterapkan pada pelajaran jasmani sebagai penilaian formatif dan menjadikan siswa untuk belajar menilai atau mengobservasi diri dan orang lain. Jadi, mulai dari sekarang mari sebagai guru Penjas  sangat memungkinkan untuk bisa menerapkannya, sehinga menjadikan proses pembelajaran `yang aktif yang berpusat pada siswa dan yang lebih penting lagi kita mengajarkan bagaimana kita bisa menilai diri sendiri dan menerima penilaian dari orang lain berdasarkan kriteria yang ada sehingga  akan berguna bagi siswa dalam kehidupan nyata.

[1] Dr Duncan D. Nulty, A Guide to Peer and Self Assessment Approaches and Practice Strategies for Academics, (Griffit University)

[2] Dannefer, EF., Henson, CH.,  Bierer, SB., et all, Peer assessment of professional competence. (Medical Education, 2005), p. 713–722.

[3] http://www.lgu.ac.uk/deliberations/ocsd.pubs/divass5.html.

[4] Alan Crawford, Wendy Saul, Samuel R. Mathews. Teaching and Learning Strategies for the Thinking Classroom, (New York: The International Debate Education Association 400 West 59th Street New York, 2005), p.174.

[5] Norman E. Gronlund. Measurement and evaluation in teaching, (USA: Macmillan Publishing Company,fifth edition 1985), p.408.

[6] Eddy White, Student Perspectives of Peer Assessment for Learning in a Public Speaking Course. (Asian EFL Journal – Professional Teaching Articles. Vol. 33. January 2009).

Komputer Tablet dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Sebagai guru Pendidikan Jasmani atau pelatih, menilai keterampilan fisik dalam Pendidikan Jasmani atau latihan adalah tugas yang sulit. Hal ini sering tidak mungkin untuk menentukan bagian yang salah dengan tepat pada teknik atau gerakan siswa. Hal ini dapat menghambat kemampuan guru untuk memberikan umpan balik ke siswa yang memadai yang pada gilirannya, menghambat perbaikan siswa.

Teknologi adalah tema penting dalam pendidikan, dan selalu dibahas tidak terkecuali dalam Pendidikan Jasmani. Siswa sekarang hidup diera global dan teknologi dimana revolusi teknologi menjadi bagian dari masyarakat. Dengan dunia yang berorientasi teknologi, kompetensi orang makin ditantang dan diperluas dengan cepat. Jika murid ingin siap kerja, teknologi harus menjadi bagian integral dari sekolah dan pelajaran dikelas (Earle, 2002; Geisert& Futrell, 2000; Sharp, 2002 dalam Santroock, 2010: 492). Sebagai contoh, perkembangan dari PC menjadi laptop, sekarang ada komputer tablet dan juga smartphone. 

Ketika komputer tablet berkembang, para pendidik mulai mencari bagaimana untuk menggunakannya dalam kelas tidak terkecuali dalam kelas Pendidikan Jasmani maupun dalam melatih. Tablet komputer, secara cepat mengganti laptop sebagai teknologi pilihan oleh guru dan siswa, karena ringan dan mudah dibawa. Komputer tablet atau bisa langsung dikatakan tablet adalah komputer pribadi portable yang dilengkapi dengan layar sentuh sebagai perangkat utama. Komputer tablet, fungsinya sangat mirip dengan ponsel pintar atau laptop; Namun, tablet cenderung lebih besar daripada ponsel pintar (Smartphone) dan lebih kecil dari laptop. Komputer tablet telah membuat langkah besar dalam beberapa tahun terakhir dalam dunia pendidikan.

Ketika Tablet komputer berkembang seperti Apple yang mengembangkan IPAD, Samsung mengembangkan Samsung Galaxy Tab, dan pengembang yang lainnya yang juga mengembangkan tipe yang sama seperti: Blackberry Playbook,ASUS Eee Pad Transformer, Acer Iconia Tab A500, , H.P. Slate, Motorola Xoom, Dell Streak, Toshiba Thrive, dan lain sebagainya, para pendidik mulai mencari cara untuk menggunakannya di kelas. Secara cepat produk komputer tablet mengganti laptop, sebagai teknologi yang dipilih oleh guru maupun siswa. Produk komputer tablet pertama buming di Indonesia sekitar 2010/2011-an.

Dari hasil survey siswa Glickman’s (Paul Heinrich, 2011:11) mengidentifikasi bahwa mayoritas dari siswa: menemukan bahwa iPad mudah digunakan, membantu belajar dalam kelas, dan lebih nyaman dibandingkan laptop. Hasil penelitian menyatakan bahwa “penggunaan iPad memberikan pengaruh yang signifikan dan sangat positif dalam belajar (Paul Heinrich, 2011:5). Dengan perkembangan tablet komputer, aplikasi yang berkaitan dengan olahraga dan pendidikan jasmani juga sangat berkembang. Banyak Aplikasi olahraga yang bisa di unduh dan sangat berguna baik yang berbayar maupun gratis.

Kita dapat mengidentifikasi fungsi komputer tablet dari spesifikasinya diantaranya untuk browsing, foto, merekam video, permainan (gaming), mengirim dan menerima e-mail, berkirim pesan singkat dan chatingvideo calling. Dari beberapa fungsi tersebut, Aktivitas jasmani yang kecenderungan adalah mempelajari gerakan (movement) dan dilakukan dilapangan komputer tablet sangat sesuai jika digunakan dalam merekam video suatu gerakan. Dilihat dari salah satu fungsinya komputer tablet bisa digunakan untuk merekam video hal ini sangat sesuai  dengan jika digunakan sebagai umpan balik (feedback). Seperti dijelaskan bahwa oleh Richard A. Magill, (2011: 335)  yang menyatakan “video replay is a popular method of showing a person what he or she did while performing a skill. Selain dari fungsinya yang bisa digunakan untuk merekam video karena komputer tablet memiliki flesibilitas yang tinggi dari PC biasa maupun laptop, dimana komputer tablet ringan, tipis dan praktis karena mudah dibawa sehingga memungkinkan bisa langsung digunakan sebagai umpan balik tanpa harus terlebih dahulu mentrasfer ke perangkat lain. Seperti sebelumnya sudah dijelaskan bahwa prinsip pemberikan umpan balik (feedback) secara cepat, tepat dan tidak tertunda sehingga bisa efektif dalam proses belajar mengajar. Jadi komputer tablet adalah alat yang bisa untuk digunakan dalam lingkuan Pendidikan Jasmani dan olahraga sebagai umpan balik tambahan (Augmented Feedback).