Konsekuensi
Setelah menentukan tentang peraturan dan rutinitas atau prosedur sebagai seorang guru anda harus memikirkan apa yang akan dilakukan bila siswa melanggar peraturan dan tidak mengikuti prosedur. Menurut (Elias &Schawb, 2006 yang dikutip dalam Anita, 2007) Anda dapat menggunakan konsekuensi alamiah atau logis untuk mendukung perkembangan sosial/emosional dengan melakukan hal-hal berikut:
- Respon Anda seharusnya memisahkan perbuatan dengan pelakunya, yang bermasalah adalah perilakunya, bukan siswanya.
- Tekankan kepada siswa bahwa mereka memiliki kekuatan untuk memilih tindakan dan dengan demikian menghindari kehilangan kontrol.
- Dorong refleksi, evaluasi diri, problem solving (pemeacahan masalah), hindari ceramah oleh guru).
- Bantu siswa mengidentifikasi dan memberikan alasan untuk apa yang mestinya dapat mereka lakukan dengan cara yang berbeda lain kali untuk situasi serupa.
Poin utamnya adalah semuanya di jelaskan secara jelas diawal berkaitan dengan penalti (dan reward), jadi siswa tahu sebelum mereka melanggar atau melakukan prosedur yang salah. Konsekuensi yang diberikan bisa dibuat dengan tahapan dari peringatan (warning) pertama sampai pemberian lunch time detention, afterschool detention maupunSaturday detention. Semua peraturan secara jelas (clear) di awal tahun pelajaran sehingga siswa akan mengetahui konsekuensinya.
Menetapkan Peraturan dan konsekuensi
Dalam menetapkan peraturan dan konsekuensi digunakan untuk membantu siswa untuk belajar memanage diri sendiri (self-managing). “Mengajari anak bahwa sesuatu salah karena ada peraturan tentang itu tidak sama dengan mengajari mereka bahwa ada peraturan tentang karena itu salah, dan membantu mereka untuk mengerti alasanya” (Weinstein, 1999 dalam Anita, 2007). Jadi ketika peraturan tentang siswa tidak membawa seragam olahraga dijelaskan bagaimana keuntungan dan kerugiannya. Contoh lainnya, ketika peraturan untuk menggunakan sepatu olahraga, tidak berlari di area kolam renang, atau tidak menggunakan perhiasan, seorang guru Penjas dapat menjelaskan peraturan tersebut dari faktor keselamatan (safety).
Dengan begitu siswa akan paham bahwa peraturan dan rutinitas atau prosedur dibuat supaya setiap siswa dapat belajar bersama-sama tanpa ada hambatan yang berarti. Dalam menetapkan peraturan disusun oleh guru penjas diketaui oleh pihak sekolah dan dijelaskan untuk disetujui oleh semua siswa diawal pertemuan/awal tahun ajaran baru.
Dalam membuat peraturan dan rutinitas harus sesuai dengan peraturan sekolah. Misalnya apabila sekolah menerapkan afterschool detention atau Saturday detention kita bisa menggunakan peraturan tersebut untuk memberikan sanksi. Dalam memberikan konsekuensi dikomunikasikan dengan orangtua melalui student hanbook atau melalui surat sehinga orangtua juga mengetahuinya. Setelahperaturan dan rutinitas dijelaskan dengan jelas dan dilaksanakan dengan konsisten maka lingkungan yang disiplin akan mengikutinya. Pengalaman penulis mengajar disekolahdimana siswa akan dijelaskan mengenai peraturan sekolah (school policy) disetiap awal tahun ajaran baru. Selain peraturan sekolah, di dalam kelas Pendidikan Jasmani juga mempunyai peraturan khusus.Pada waktu awal pertemuan tahun ajaran baru kita sebagai guru selalu memberikan pengarahan awal.Pada pertemuan pertama tersebut kesempatan kita untuk perkenalan dan pembagian kelas serta menjelaskan peraturan selama pelajaran Pendidikan Jasmani (physical Education).Peraturan tersebut juga kita bagikan secara tertulis dan dapat diakses di portal sekolah.Setelah penjelasan mengenai peraturan di kelas, kita juga membuat persetujuan (agreement)mengenai peraturan dan rutinitas mengenai kedatangan, pemberian waktu untuk ganti baju dan kapan harus meninggalkan kelas Pendidikan Jasmani.